Selasa, 31 Desember 2013

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN MASALAH GIZI PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TILOTE KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 THE ANALYSIS FACTOR DETERMINE NUTRITION PROBLEM TO CHIDREN IN AREA CENTER OF PUBLIC HEALTH TILOTE GORONTALO REGENCY,2013

Status gizi anak balita di Indonesia hingga saat ini masih memprihatinkan. Keadaan ini merupakan ancaman bagi upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, karena kurang energi protein(KEP) erat kaitannya dengan gagal tumbuh kembang anak balita termasuk rendahnya tingkat kecerdasan (Mursalim, 2011). Secara teoritis bahwa status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang telah ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Suharjo, 1996).

KEP dapat mempengaruhi kecerdasan melalui kerusakan otak.Faktor yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui adanya perubahan-perubahan organik yang permanen seperti pada jantung, pankreas, hati dan sebagainya yang dapat memperpendek umurnya. Selain itu dapat menurunkan produktifitas kerja dan derajat kesehatan sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit. KEP yang diderita pada masa dini perkembangan otak anak-anak akan mengurangi sintesis protein DNA, dan mengakibatkan terdapatnya otak dengan jumlah sel yang kurang walaupun besarnya otak itu normal. Sehingganya KEP dapat mempengaruhi kecerdasan melalui kerusakan otak. Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2009). Rendahnya pengetahuan dan kurangnya ketrampilan keluarga khususnya ibu tentang cara pengasuhan anak, meliputi praktik pemberian makan dan perawatan kesehatan menyebabkan KEP (Nadimin, 2009). Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Mardiarti (2000) yang meneliti pola pengasuhan dan pertumbuhan anak balita, memperlihatkan hasil bahwa anak yang pertumbuhannya baik lebih banyak ditemukan pada ibu tidak bekerja (43,24%) dibandingkan ibu yang bekerja (40,54%). Berdasarkan penelitianmdikatakan bahwa berdasarkan pekerjaan ternyata pertumbuhan bayi tergolong tidak normal lebih banyak pada ibu yang bekerja diluar rumah yaitu 83,3% ( Mahlia, 2009).

Faktor penjamu juga sangat mempengaruhi kondisi tubuh manusiamsehingga dapat menimbulkan penyakit, yang terdiri atas faktor genetik, umur, jenis kelamin, kelompok etnik, fisiologis, imunologik, dan kebiasaan seseorang. Sedangkan lingkungan biasa dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologi, dan lingkungan sosial ekonomi (Supariasa, 2002). Pola Pengasuhan Anak Berdasarkan hasil uji hubungan antara pola pengasuhan dengan status gizi balita didapatkan nilai p sebesar 0,024. Oleh karena nilai p tersebut lebih kecil dari 0,05 (CI 95%) maka secara statistik terdapat hubungan bermakna antara pola pengasuhan dan status gizi balita.Orang tua berpengaruh terhadap perilaku makan anak. Banyak penelitian menunjukkan bahwa orangtua secara sadar maupun tidak sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan membentuk gaya yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa, berapa banyak ia makan.Pengetahuan gizi orangtua dan pengasuh anak ternyata sangat berpengaruh terhadap pilihan makan anak. Tingkat pengetahuan gizi dipraktekkan pada perencanaan makanan keluarga tampaknya berhubungan dengan sikap positif (Almatsier at all,2002).

Untuk mendapatkan data asli silahkan download disini

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates