According to the American Diabetes Association’s guideline, a moderate amount of sugar can be incorporated in a healthy diet and sucrose and sucrose-containing food in diabetic individuals
According to the American Diabetes Association’s guideline, a moderate amount of sugar can be incorporated in a healthy diet and sucrose and sucrose-containing food in diabetic individuals
Masalah gizi sebenarnya tidak hal baru yang terjadi diKalimantan Timur, Indonesia dan berbagai belahan dunia. Di Indonesia sekitar 45-55% anak-anak di pedesaan pada rentang usia tersebut mengalami "stunting" dan sekitar 10% mengalami "wasting" dan jumlah tersebut tidak berubah selama usia prasekolah. Defisit riboflavin pada remaja di Indonesia 59-96% dan prevalensi gizi
Status gizi anak balita di Indonesia hingga saat ini masih memprihatinkan. Keadaan ini merupakan ancaman bagi upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, karena kurang energi protein(KEP) erat kaitannya dengan gagal tumbuh kembang anak balita termasuk rendahnya tingkat kecerdasan (Mursalim, 2011). Secara teoritis bahwa status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang telah ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Suharjo, 1996).
KEP dapat mempengaruhi kecerdasan melalui kerusakan otak.Faktor yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui adanya perubahan-perubahan organik yang permanen seperti pada jantung, pankreas, hati dan sebagainya yang dapat memperpendek umurnya. Selain itu dapat menurunkan produktifitas kerja dan derajat kesehatan sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit. KEP yang diderita pada masa dini perkembangan otak anak-anak akan mengurangi sintesis protein DNA, dan mengakibatkan terdapatnya otak dengan jumlah sel yang kurang walaupun besarnya otak itu normal. Sehingganya KEP dapat mempengaruhi kecerdasan melalui kerusakan otak. Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2009). Rendahnya pengetahuan dan kurangnya ketrampilan keluarga khususnya ibu tentang cara pengasuhan anak, meliputi praktik pemberian makan dan perawatan kesehatan menyebabkan KEP (Nadimin, 2009). Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Mardiarti (2000) yang meneliti pola pengasuhan dan pertumbuhan anak balita, memperlihatkan hasil bahwa anak yang pertumbuhannya baik lebih banyak ditemukan pada ibu tidak bekerja (43,24%) dibandingkan ibu yang bekerja (40,54%). Berdasarkan penelitianmdikatakan bahwa berdasarkan pekerjaan ternyata pertumbuhan bayi tergolong tidak normal lebih banyak pada ibu yang bekerja diluar rumah yaitu 83,3% ( Mahlia, 2009).